Facebook wajahku, wajah kita semua


Dalam sebuah blog kompasiana, seorang blogger menuliskan kisahnya telah ditipu penjual notebook melalui facebook. Ceritanya penjual notebook itu awalnya meng-add sebagai friend, kemudian setelah kenal lama, ia cerita punya usaha jual beli notebook. Singkat cerita harga yang ditawarkan begitu menarik kalau ia beli tiga sekaligus. Kononnya ini notebook baru yang di dapat dari bea cukai karena tidak diambil pemiliknya. Harga notebook Sony Vaio harga 8 jutaan kalau beli tiga cukup bayar 15 juta. Karena tertarik maka Mbak tersebut cerita ke kawan dan kakaknya. Kebetulan kakaknya juga tertarik. Alhasil lengkaplah sudah tiga orang untuk membeli notebook murah. Walaupun awalnya sempat ragu namun karena secara intensif beskomunikasi melalui message di fb keraguan itu akhirna hilang. Dan ditransferlah uang yang telah dikumpulkan ke rekening yang ditunjuk oleh penjual notebook.

Sebagai gantinya satu jam kemudian, penjual mengirimkan resi bukti pengiriman kepada si Mbak pembeli tersebut. Dengan harapan esok barangnya sudah sampai dan bisa menggunakan notebook baru dengan spesifikasi menarik namun harga murah. Ditunggu-tunggu tak ada seorang pun courier pun yang datang. Sampai keesokan harinya notebook pesanan tidak juga datang. Akhirnya si Mbak mencoba menelepon jasa pengiriman barang seperti yang ada di copy resi yang ia print dari picture di facebook. Ternyata nomor yang disebutkan tidak ada datanya.
Untuk mengecek lebih lanjut, kemudian dibukanya account facebooknya, kemudian dicarinya friend yang menawarkan notebook murah tersebut. Ternyata statusnya sudah remove dari daftar temannya. Bertambah lemaslah ia, ia menyadari telah menjadi korban penipuan melaui facebook.

Kemudian di media massa lain juga ramai diberitakan “Remaja Korban Penculikan via Facebook”, “Penipuan melalui facebook marak”, dan masih banyak judul-judul lain yang memojokkan facebook. Facebook tiba-tiba menjadi biang masalah, media social network ini dituduh banyak membuat celaka. Menimbulkan kecemasan dan syak wasangka orang tua, jangan-jangan putra-putrinya juga terpengaruh akan facebook ini.
Itu antara kesan yang timbul ketika sekarang ramai orang menggunakan facebook. Sama ketika dahulu pertama kali orang kenal internet maka yang terasosiasi adalah di internet banyak gambar porno yang tersedia dan bisa diakses secara bebas. Jadi kalau orang buka internet pasti ingin melihat gambar-gambar yang tidak dijual di lapak-lapak koran itu. Padahal kalau kita sadari social media ataupun internet hanyalah medium atau alat. Tanpa ada yang menyalahgunakan, medium atau alat ini bersifat netral. Sama seperti pisau bisa digunakan untuk memasak ibu-ibu, memotong hewan oleh jagal, atau untuk membunuh orang oleh penjahat. Jadi tergantung sekali dengan siapa pemegang alat itu dan digunakan untuk apa.

Untuk mendapatkan manfaatnya kita perlu mengetahui beberapa aturan ataupun etika dalam menggunakan facebook.:

1. Pengguna facebook hendaklah cukup dewasa
Dewasa di sini bermakna anak-anak kurang dari usia 13 tahun tidak sepatutnya menggunakan facebook. Bisa menggunakan social network yang lain yang berorientasi untuk anak-anak seperti togetherville yang ada automatic monitoring ke account facebook orang tuanya. Ataupun kalau karena dorongan lingkungan dan teman-temannya menggunakan facebook daftarkan sebagai account orang tua sehingga password juga diketahui oleh orang tua. Sehingga orang tua bisa mengecek wall maupun message yang dikirim ke account anak.

2. Gunakan facebook untuk persahabatan dengan orang-orang yang betul-betul kita kenal
Ketika ada friend baru yang meng-add account facebook anda, cobalah cek dulu siapa dia, cek friend listnya, apakah teman-teman dia banyak yang kita kenal ataukah kita tidak kenal sama sekali. Jika memang kita tidak mengenalnya secara pasti, dan tidak pernah berjumpa secara fisik lebih baik memastikan dengan mengirimi message menanyakan info lebih jelas sebelum kita mengkonfirmasi. Kalau mereka tidak membalas maka lebih baik diabaikan atau ditolak saja.

3. Jangan menyampahi halaman FB orang lain dengan iklan, tag foto, dan sejenisnya yang tidak ada hubungannya dengan orang tersebut.
Pada hakekatnya situs facebook ini digunakan untuk menjalin persahabatan. Jadi kalau kita ingin menawarkan sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan pertemanan, mintalah ijin lebih dahulu melalui message box. Karena meng-add dengan maksud iklan atau mengajak orang lain berbisnis, tidak semua orang menyukainya.

Semakin paham kita menggunakan facebook, semakin banyak dampak positif yang bisa kita raih. Beberapa manfaat facebook yang kita bisa dapatkan:

1. Sarana menyambung silaturahmi online
Dengan facebook kita bisa ketemu kawan-kawan lama dari SD, SMP, sampai perguruan tinggi. Kawan sepermainan yang sekarang sudah tinggal di luar negeri bisa kita cari dengan mengetikkan namanya. Dari situ bisa berbagai cerita-cerita lama, berbagi kenangan dan foto-foto lama, ataupun peluang-peluang baru yang bisa disusun bersama.

2. Mengekpresikan diri dan berbagi ilmu
Bagi yang gemar menulis bisa memanfaatkan bagian fitur catatan untuk menuliskan ide, gagasan inspiratif, atau cerita keseharian yang menggugah dan bisa diambil hikmahnya. Tulisan ini bisa digunakan sebagai sumbangan sadaqah ilmu yang manfaatnya tidak hanya bagi penulis tetapi juga pembacanya. Misal sharing resep masakan atau pengalaman ketika menghadapi sakit dan mencari obat, adalah catatan-catatan yang menarik untuk dibaca.

3. Menebar dan meraih rejeki tambahan
Bagi yang tertarik terhadap bisnis online melalui internet, wall nya bisa dipakai untuk promosi atau menjelaskan karakteristik kegunaan produk yang dijualnya. Kemudian message box nya bisa digunakan sebagai sarana korespondensi, kalau perlu bisa gunakan chat online untuk memberikan respon terhadap pertanyaan atau keluhan yang disampaikan oleh konsumen.

4. Menghimpun gerakan social yang bermanfaat
Masih ingat kisah koin Prita dan RS OMNI atau kisah Bibit Chandra KPK, facebook juga bisa digunakan untuk membuat gerakan social dengan isu-isu yang melukai rasa kemanusiaan rakyat banyak. Tanpa harus turun ke jalan dan mengganggu kemacetan lalu lintas, suara-suara yang digalang melalui facebook banyak mempengaruhi kebijakan politik.
Akhirnya selamat berfacebook,… Semoga bermanfaat.

Oleh: Fajar Baskoro

Khan, Guru Privat Dunia


Pernahkah anda sebagai orang tua, ditanya oleh anak, “Pa Ma rumus Pythagoras itu apa sih? Tadi di sekolah dijelaskan oleh Pak Guru tetapi, Adik masih tak paham. Bisakah Papa atau Mama jelaskan kepada Adik, biar adik mudah mengingatnya? ” Biasanya mendengar pertanyaan seperti itu dari anak kita langsung menjelaskan rumusan C2=A2+B2, kuadrat sisi panjang segitiga siku-siku adalah penjumlahan dua buah sisi pembentuk sudut 90 derajatnya.
Kalau itu yang kita jelaskan, maka kita memaksa anak untuk menghafalnya, tetapi tidak mengajarkan kepada anak hakekat konsep yang ditemukan oleh Pythagoras di sebalik rumusan segitiganya.

Mungkin kita ingin menerangkan kepada Anak lebih detail, tapi macam mana kita bisa menerangkan kepadanya, kita pun menerima itu juga secara hafalan dari guru-guru kita semenjak Sekolah Dasar dulu. Mujur bagi mereka yang berkelebihan bisa mendatangkan guru Privat atau mengikutkan anak kita untuk mengikuti les Matematika Kumon. Namun bagi kita yang hidup secara ambang batas ini sulitlah untuk menambah kontrak kebutuhan pembiayaan untuk anak kita. Untuk menabung setelah dipotong biaya sehari-hari, biaya sekolah anak, dan kredit rumah pun hanya tersisa uang untuk bensin transportasi. Apalah lagi kalau harus ditambah dengan biaya privat les anak. Hati berkehendak tetapi kuasa uang tiada daya.

Tapi jaman selalu berubah dan alam senantiasa memberi solusi bagi mereka yang terus senantiasa berusaha, tanpa mengenal batas kuasa. Tahukah sahabat semua, siapa guru privat anak Bil Gates? Ya Bil Gates, pemilik industry Software Microsoft itu, orang terkaya di dunia. Pastilah kita mengira guru privatnya adalah guru handal keluaran universitas terkenal, dan berbayar mahal pula. Itu jawaban otak linear kita, jika orang kaya mesti solusinya pasti kepada kualitas yang berbayar mahal pula. Kualitas ditentukan kuantitas uang yang dipunya. Namun ternyata tidak begitu dengan Bil Gates, ia justru kagum kepada Khan, orang India yang mendirikan Khan Academy di www.khanacademy.org. Bersama dengan anaknya di Rory umur 11 tahun ia menyusuri website khanacademy.org mulai materi tentang Matematika Al-Jabar sampai dengan materi Biologi. Terpesona dengan cara menerangkan secara mudah dan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Memang orang pandai akan memudahkan orang, sedang orang bodoh akan mempursulit pemikiran orang. “Wah Dia (Khan) ini anak muda yang hebat, ” begitu kesannya setelah direkomendasikan temannya untuk mencoba membuka website tersebut, yang bisa membantu anak-anak di seluruh dunia menemukan guru privat favorit mereka.
Dengan menggunakan webcam, dan papan tulis elektronik (electronics blackboard), Khan menerangkan rumusan-rumusan matematika, mulai dengan yang sederhana operasi penjumlahan, sampai dengan, integral, limit, matriks linear sampai matematika rumit lainnya. Ada sekitar 2000 materi mini tutorial yang bisa diakses ataupun di download oleh semua orang melalui internet. Dan tiap hari akan bertambah, karena Khan selalu menambah dan menyempurnakan materi-materi setelah mendapatkan email pertanyaan-pertanyaan dari pengakses websitenya. Menurut data informasi terakhir lebih dari 200 ribu siswa diidentifikasi menikmati layanan ini. Mulai dari Kanada, USA, Eropa, sampai siswa di sekolah menengah Internasional Doha Qatar. Dan semua materinya dapat diakses secara gratis tanpa memungut bayaran satu sen pun. Cukup buka internet, di rumah, di sekolah, ataupun warnet, buka www.khanacademy.org kemudian pilih materi apa yang kita ingin memahaminya, maka kita akan diterangkan dalam waktu sekitar 10 menit.

Siapakah Khan sebenarnya guru privat favorit dunia itu? Nama lengkapnya Sal Khan, ya tepat hampir sama dengan nama bintang film India yang cakep itu Salman Khan. Sal Khan ini masih muda umurnya baru menginjak 33 tahun, masih punya satu anak umur sekitar 1 tahunan. Sal Khan meruoakan warga Negara Amerika keturunan India-Bangladesh. Mulai kakeknya sudah berdiam dan mencari rejeki di Amerika. Semenjak dari Sekolah Dasar ia, sudah dikenali sebagai bintang kelas yang pandai. Dengan IQ 160 prestasi belajarnya termasuk golongan atas di sekolahnya. Ia memegang tiga gelar kesarjanaan dari MIT, yaitu bidang Matematika, Elektro, dan Komputer. Terakhir ia menamatkan MBA nya dari Harvard Business School, dan mendapatkan penghargaan dari Bil Clinton presiden USA, pada saat lulusannya. Setelah lulus kemudian ia bekerja di tempat yang top juga, perusahaan financial atau keuangan, sebagai hedge-fund dengan penghasilan ribuan dollars. Dengan itu semua dalam waktu singkat dan masih muda ia bisa membeli rumah dan membina keluarganya.Namun kemudian, panggilan jiwanya tidak kesitu. Uang ribuan dollar bisa diraihnya dalam satu bulan, ia merasa itu hanya bermanfaat bagi diri dan keluarga kecilnya saja. Bermula dari kejadian kecil di tahun 2004, ketika sepupunya bernama Nadia mengalami masalah Matematika di sekolahnya, ia tidak dapat mengkonversi kilogram ke satuan ons, pound. Karena sepupunya ini tinggal di luar kota kemudian dibuatkanlah video tutorial untuk menerangkannya. Kemudian hari malahan bukan hanya Nadia yang ingin mendapatkan tutorialnya. Saudara yang lain Ali dan Arman sering menghadapi masalah serupa di sekolah. Tidak mendapatkan penjelasan yang cukup memahamkan ketika menerima pelajaran. Dari kejadian itu hati kecilnya selalu mendorong untuk bisa memberikan manfaat kepada banyak orang. Dan panggilan jiwa itu adalah sebagai guru, mengajarkan dan menyebarkan ilmu kepada siswa seluruh dunia. Ia risau banyak siswa yang frustasi dan ngantuk di dalam kelas mendengarkan konsep-konsep yang sukar dimengerti dari guru-guru mereka di dalam kelas. Dengan kepandaiannya ia yakin mampu menerangkan dengan secara lebih mudah, dan tidak mbulet, semudah dia memahami pelajaran semasa di sekolah dulu.

Syukurnya, istrinya tidak menghalangi ketika ia menyampaikan niatnya pensiun dari pekerjaan yang wah, yang bisa menghasilkan kekayaan. Mereka berkomitmen bisa hidup dari tabungannya semasa bekerja dulu. Dari pekerjaannya yang dulu ia berhasil membukukan sekitar 1 juta dollars. Maka semenjak itu setiap pagi Khan masuk ke ruangan kecil sekitar 3X4 di samping tempat tidurnya dan mulai merekam suaranya, membuat sketsa dengan papan elektronik dan kemudian mengup-load ke You Tube. Sekarang cobalah search di situs YouTube, dengan kata kunci Khan Academy, maka nanti ribuan link akan ditampilkan mengacu kepada ribuan mini tutorial yang telah dibuat Khan dari ruangan kecil di sebelah toilet kamar tidurnya.
KhanAcademy.org, saat ini termasuk website edukasi yang paling banyak diakses. Sampai sekarang tertulis ada sekitar 18 juta jumlah pengakses, dengan jumlah harian rata-rata 70.000 pengakses setiap hari. Dengan jumlah segitu kalau ia mau dengan ditumpangi adsense pengiklan tentulah akan mencapai pendapatan yang besar. Namun Khan tetap teguh untuk mempertahankan layannannya tanpa terganggu oleh iklan. Ia bertekad membantu setiap murid di seluruh dunia yang mengalami kesulitan belajar dengan kemudahan video tutorialnya.

Untuk memelihara dan mempertahankan layanannya, sekarang ini Khan Academy banyak dibantu dari donasi. Donasi dberikan oleh orang ramai karena respek dengan tekat dan konsistensinya untuk terus membuat dan menyebarkan video tutorial pembelajaran. Di antara orang yang menyumbang banyak diantaranya adalah jutawan-jutawan Silicon Valley, antara lain John Doer , kemudian bos entrepreneur Kanada John McCal MacBain dan tidak ketinggalan dari Bil Gates foundation.
Jadi bila, anda kesulitan mengajari anak-anak materi sekolah, cukup klik saja www.khanacademy.org, dan tunggu guru privat anda akan datang menerangkan. Dan tetap dampingi anak-anak di samping computer, karena Khan mengajarkannya dalam bahasa Inggris anda perlu mendengarkannya dengan seksama sebelum kembali menjawaab pertanyaan anak-anak selanjutnya.

Bye bye Mandala


Satu lagi maskapai tanah air di grounded, tidak memberikan layanan terbangnya lagi. Menurut informasi resmi di media, mulai hari ini Kamis 13 Januari 2011 Mandala berhenti beroperasi. Masih terbayang dalam tiga tahun terakhir naik Mandala, interior nya semakin bagus, dan pesawatnya sudah berganti dengan yang baru. Pun begitu jadwalnya sudah mendekati schedule, jarang terjadi keterlambatan. Namun itu semua tinggal kenangan, Mandala tidak kuat lagi membawa beban keuangannya mengangkasa.
Dulu sewaktu masih kecil di desa, selau teriak “kapal mabur, kapal mabur kek ono duwik kebur”, setiap melihat pesawat di udara. Kurang lebih artinya, pesawat berilah uang beterbangan. Bisa naik pesawat selalu menjadi idaman dan impian anak-anak desa seusia 12 tahunan. Cerita bagaimana rasanya naik pesawat, hanya di dengar dari para haji yang kembali dari tanah suci saja. Atau sanak saudara yang pulang dari transmigrasi ke Kalimantan atau Sumatera. Kami duduk bersila, makan kue oleh-oleh sambil mendengarkan cerita bagaimana rasanya naik pesawat. Katanya kalau melewati awan seperti melewati jalan berlubang. Kami mendengar dan membayangkan akankah suatu hari nanti bisa naik pesawat.
Di sekolah, diajarkan nama-nama lapangan terbang di berbagai kota di Indonesia. Juanda nama lapangan terbang di Surabaya, Halim perdana kusuma di Jakarta, Abdurahman Saleh di Malang, Ngurah Rai di Bali. Pikiran kami masa kecil tak menjangkau untuk apa nama-nama ini diajarkan. Mungkin supaya tidak tersesat kalau naik pesawat. Kalau dari Bali ke Surabaya berarti turun di Juanda, kalau turun di Halim Perdana Kusuma berarti sudah tersesat jauh. Seperti naik bus harus diingat mau turun dimana.
Kemudian diajarkan pula nama-nama perusahaan maskapai penerbangan. Pada saat itu cuma dikenalkan maskapai Garuda, Bouraq, Pelita, dan Mandala airline. Sedikit maskapai pada saat itu dan salah satunya Mandala.
Hingga suatu hari ada kesempatan naik pesawat untuk pertama kalinya. Pesawat yang pertama kali saya naiki bukan pesawat komersial. Pesawat ini milik TNI AU, biasanya hanya digunakan untuk TNI yang tugas atau keluarga golongan colonel ke atas. Naiknya dari pangkalan TNI Juanda, letaknya dekat lapangan terbang komersial Juanda, tapi sedikit terpisah. Kalau mau naik saat itu bayar pass naik Rp 50 ribu dari Juanda ke Jakarta. Ongkos yang sangat murah saat itu, karena harga resmi pesawat komersial Rp 500 ribu. Namun jangan harap kita dilayani pramugari yang cantik-cantik, setelah naik kita akan duduk berhadap-hadapan dan bersandar di dinding pesawat. Seperti kalau kita naik angkotme atau naik bemo. Dan sesekali kita bisa melihat isi cockpit, karena antara penumpang dan ruang cockpit hanya ditutup dengan kelambu hijau. Suara mesin pesawat meraung-raung sangat kedengaran, jadi untuk pertama kalinya harus menutup telinga bagi yang tidak terbiasa. Setelah satu jam akhirnya mendaratlah di Halim Perdana Kusuma. Sebuah Bandar udara yang sekarang dikhususkan untuk TNI saja bukan lagi Bandar udara komersil. Letaknya termasuk dalam kota Jakarta sehingga begitu mendarat langsung bisa beraktivitas ke tempat tujuan.
Sampai akhirnya tahun 2000 an eranya low cost carrier, pesawat terbang berbiaya rendah. Sejak itu saya tidak pernah lagi naik pesawat terbang “khas” TNI lagi, tapi berganti pesawat terbang komersil. Masih ingat masa itu beragam maskapai terpampang di papan keberangkatan. Ada Lion air, ada Karina, ada Bouroq , Sempati Air, Indonesia Air dan masih banyak lagi.
Namun tidak lama kemudian satu per satu berhenti terbang. Tak kuat akan ganasnya persaingan. Mulai dari Bouraq, Awair, Sempati, Indonesia Air sampai maskapai yang terkenal dengan penerbangan terpanjangnya jurusan Juanda-Akhirat, Adam Air.
Memiliki pesawat dan mampu mengoperasikan menjadi maskapai komersil memang menggiurkan. Dalam satu jam saja dalam penerbangangan Surabaya-Jakarta sudah bisa mengumpulkan uang 50 juta, apalagi kalau dalam satu hari ada lima atau enam destinasi tujuan, wow ada berapa ratus juta bisa terkumpul. Dan dengan struktur Negara kita sebagai Negara kepulauan selalu menjanjikan keuntungan untuk industri penerbangan. Namun bisnis dan perancangan memang sungguh berbeda, dan satu per satu maskapai kita tutup. Hari ini Mandala pun menghentikan operasinya.
Lain di kita lain dengan negeri tetangga. Negara Jiran Malaysia sedang bergairah Low Cost carriernya. Antara satu negeri (baca : propinsi) dengan negeri yang lain mulai dibuka airport-airport baru. Padahal luasnya satu negeri hanya seluas karesidenan di Indonesia. Ada rute-rute pendek yang dilayani penerbangan murah ini. Mereka berpacu untuk kembali menjadi hub / penghubung penerbangan murah Asia. Sudah lama mereka mengincar untuk mengalahkan Changi Singapura, dan menjadi penghubung penerbangan murah untuk tujuan Negara-negara di Asia.
Hampir tiap bulan selalu dibuka jalur baru, dan tentu saja juga harga yang murah untuk reservasi jangka lama. Setelah Bandung baru-baru ini juga dibuka penerbangan Air Asia langsung KualaLumpur ke Balikpapan, dan Kuala Lumpur –Makasar. Belum lagi propinsi-propinsi di Sumatera juga dilayani penerbangan FireFly, penerbangan murah lainnya selain Air Asia.
Ada pertanyaan menarik, mengapa di sini berguguran sedangkan di Negara tetangga justru sedang tumbuh?
Ada hal menarik, bila kita cermati. Yaitu integrasi pemerintah dan dunia usaha. Salah satunya adalah airport tax. Saya agak kesal kalau setiap kembali dari Malaysia hanya dikenakan RM 25 untuk airport tax nya atau setara dengan sekitar 70 an ribu, sedangkan kalau dari Juanda kita harus membayar 100 % yakni Rp 150 rb. Seringkali harga peron pesawat ini lebih mahal daripada harga tiket saya yang hanya RM 10. Akankah kita berubah, ataukah kita akan melihat lagi satu per satu maskapai kita tergrounded dan kita hanya menjadi penumpang

Digital Parenting


Selesai mengajar sekitar jam sepuluh hp saya beredering.
“Halo Pak, Assalamu’alaikum, ”, suara di seberang.
“Wa’alaikum salam”, sahutku.
“Maaf Pak mengganggu, ada waktu Pak? Saya Pak Harja, kawan Bapak sewaktu ambil kursus Inggris dulu di Pare. Kalau bapak ada waktu, bolehkah saya mampir ke tempat kerja Bapak. Ada sesuatu yang ingin saya omongkan. Kebetulan saya sedang di Surabaya.”
“Boleh Pak silakan, jam satuan ya pak, selepas makan siang saja. Saya free jam segitu.”, sahutku sambil mengingat-ingat kawan kursus Inggris di Pare, yang mana ya yang namanya Harja.
Oh ya aku baru ingat sewaktu ambil kursus Inggris di Pare ada tiga orang yang sudah berumur, maksudnya sudah punya keluarga. Saya, kemudian Harja berumur sekitar 45 an tahun dan satu lagi seorang kakek-kakek, namanya Kyai Yayat. Kami bertiga termasuk orang tua, diantara peserta kursus yang lain. Kebanyakan dari peserta adalah lulusan universitas yang belum mendapatkan pekerjaan, kemudian mencoba kursus untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing. Ada lagi sejumlah mahasiswa memanfaatkan libur sekolah. Asa yang dating dari Sulawesi, Aceh, Kalimantan, maupun NTB. Saya awalnya agak heran bagaimana, darisebuah kampong kecil di kota Pare Kediri tersebut, bisa di datangi sejumlah siswa dari berbagai wilayah termasuk luar jawa.
Tetapi setelah masuk barulah saya paham, Desa Tulungrejo Pare itu telah terkenal dari mulut ke mulut dengan istilah kampung Inggrisnya. Dalam satu hari tersedia ratusan kelas yang dibuka, mulai pronounciation, speaking, listening, writing, TOEFL, dsb. Kelas-kelas tersedia di berbagai rumah di kampung tersebut. Ada di tepi jalan, di bawah pohon bambu, di pinggir sungai, bahkan di dekat kandang lembu. Kelas-kelas tersedia secara secara tersendiri dan ada pula yang tergabung dengan asrama, fasilitas penginapan buat mereka yang berasal dari luar kota.
Dalam sehari kita boleh mengikuti kursus beberapa kelas. Kelas di sediakan dari jam 05.30 pagi sampai jam 10 malam. Terserah ikut berapa yang penting otaknya kuat. Tentang harga tidak usah pakai nego, satu program rata-rata sehari diajarkan dua kali, yaitu teori dan praktek, enam hariberturut-turut, hanya hari Minggu saja libur. Satu program harganya sekitar 50.000 dan paling mahal 500.000 untuk kelas privat belajar sendiri. Satu level program biasanya dihabiskan dalam masa satu bulan. Banyak kenangan dan kelucuan ketika kami belajar di sana. Semua mencoba mengucapkan kata-kata dalam bahaasa Inggris namun dialog lokal kami tak bisa disembunyikan. Termasuk dengan Pak Harja tadi karena berasal dari Jawa Barat, logat Sundanya tidak bisa disembunyikan. “My name is Harja, I came From Bandung,” ucapnya pada saat perkenalan di kelas. Tentu dengan suara Sundanya.
Jam Satu siang lebih 10 menit, betul Pak Harja datang ke kantor. Kemudian masuk ke ruang saya.
“Bagaimana Pak kabarnya ?” ucapku menyambutnya.
“Baik Pak. Ini pak kami sedang ada acara di Surabaya, saya sempatkan silaturahmi ke, sambil ada yang ingin saya tanyakan. Pesantren kami ada sekolah setingkat SD Pak, sebutlah SD Islam Full Day, di dalamnya ada fasilitas internet. Murid-murid biasa juga pakai. Kalau di sekolah sih okey saja karena ada pengawasan dari pihak sekolah, namun akhir-akhir ini ada beberapa orang tua yang complain, apakah cocok masih SD diajarkan Internet. Apalagi di Koran-koran sering diberitakan, ada anak di bawa kari, teman chatting, ada lagi penipuan dari mana itu Pak, oh ya dari Nigeria… Mereka khawatir justru efek negatifnya lebih banyak daripada manfaatnya. Mereka mohon untuk dipertimbangkan kembali, ataupun kalau ada mereka bisa dilibatkan bagaimana caranya mereka bisa memperhatikan pula anak-anaknya di dunia maya.”, kata Pak Harja memulai pembicaraannya.
“Internet sebenarnya sama dengan mobil, truk, atau sepeda motor Pak. Hanya alat atau sarana. Di tangan orang yang tidak tepat truk bisa menabrak orang yang menyebabkan kematian, mobil bisa di bawa ke tempat prostitusi, dan motor bisa untuk kebut-kebutan. Namun di tangan orang yang tepat, sesuai dengan SIM nya atau ijin mengemudinya, Truk bisa buat bisnis, mobil bisa mengantar orang lain, dan sepeda motor bisa digunakan untuk bersekolah. Namun seringkali yang terjadi berita internet selalu di dominasi dengan, berita tentang pornografi, penculikan atau penipuan. ”, kucoba menjelaskan sesuai dengan yang kupahami.
“Maaf Pak, tadi Bapak menjelaskan tentang internet seperti kendaraan. Jika orangnya tepat mempunyai SIM sesuai, akan menguntungkan. Apakah di Internet ada semacam itu pak, maksud saya batasan hak-hak usia?”, sambungnya kemudian.
“Sebenarnya ada Pak untuk content atau informasi yang tidak cocok untuk umum biasanya ada batasan umur dan persetujuan. Misalkan apakah anda berumur lebih dari 18 tahun? Namun karena kita biasanya main klik saja, seringkali peringatan itu kita abaikan. Dan kita klik saja tanpa membaca petunjuknya. Selain itu biasanya beberapa content/ informasi membutuhkan registrasi keanggotaan untuk mengecek penerima informasi sesuai dengan usianya. Memang karena ini dunia maya, bisa saja datanya ditipu karena tidak kelihatan secara fisik. Barangkali yang lebih tepat ketika internet diajarkan di sekolah, bukan hanya caranya yang diajarkan, akan tetapi juga contoh-contoh dan penjelasan site-site yang bermanfaat dan yang tidak. Kemudian ditekankan kenapa kita harus memilih site yang bermanfaat. Semacam latihan mobil lah Pak, disampaikan pula rambu-rambu dan etika supaya tidak menabrak orang lain atau menjaga keselamatan diri kita sendiri.”, sambung saya menjelaskan panjang lebar.
“Terus mengenai pelibatan orang tua bagaimana Pak sebaiknya?”
“Orang tua sebaiknya mengetahui dulu tentang karakteristik teknologi itu, mungkin pada saat pertemuan kelas bisa disampaikan. Lebih bagus lagi kalau diberikan dalam bentuk pengetahuan dan praktek Digital Parenting, mendidik anak pada era digital semacam ini. Dengan memberikan wawasan ini berharap orang tua, bisa mendampingi, member perngertian, dan memberi contoh apa yang boleh dibuka dan apa informasi yang sepatutnya dihindari. Bukankah tidak semua yang boleh belum tentu cocok atau patut dilakukan. Sebagai contoh sebenarnya anak laki-laki memakai anting-anting juga boleh tiada undang-undang yang melarang, namun biasanya orang tua dari kecil kan sudah menjelaskan, bahkan ketika anak mulai berbicara. Jadi kontrol dan kedekatan dengan orang tua menjadi kunci memetik manfaat dari teknologi ini. ”
“Kalau mengenai tadi pak,….. pengawasan. Kan tidak semua orang tua mempunyai waktu full bersama anak. Sudah diterangkan pun kadang-kadang masih penasaran. Anak-anak rasa penasarannya tinggi. Apakah ada software yang bisa melaporkan kepada orang tua, ataupun membatasi anak-anak untuk tidak membuka informasi yang tidak bermanfaat.”
“Ada pak, sebentar ya coba saya carikan, ….di search engine. Saya alamatnya lupa tapi keywordnya ingat. ”, kata saya sambil mengetikkan Norton Family online di kotak search engine. Dan seketika ada beberapa link yang muncul termasuk dengan tutorialnya.
“Ini pak dengan melakukan register kemudian menginstall beberapa bagian, nanti aplikasi ini akan memberikan filter, panduan, bahkan pelaporan ke orang tua jika ada aktivitas anaknya di dalam berinternet dirasakan mengganggu. Kita bisa setting jam berapa saja anak bisa online, kriteria situs yang boleh dibuka, kemudian juga history/ riwayat aktivitas situs apa saja yang tela dibuka si anak. Namun ini semua hanya tools atau alat pak. Bukankah lebih penting menyiapkan sopir yang bertanggung jawab daripada menyiapkan polisi sebanyak-banyaknya untuk menertibkan dan mengamankan jalan. Apalagi kalau polisinya seperti polisi “Gayus” seperti sekarang ini mana yang polisi mana yang komplotan mafia tidak jelas. Justru yang paling penting menyiapkan pengawasan internal pak, yaitu moral itu sendiri seperti yang ada pada misi sekolah Bapak.”
“Terima kasih Pak penjelasan Bapak saya rasa cukup . Saya jadi paham apa yang harus saya lakukan. Oh ya apakah Bapak bisa sharing pengalaman ini , mungkin beberapa waktu lagi kami mau adakan seminar Digital Parenting. Kalau bapak tidak keberatan, saya mohon bapak bersedia mengisinya.”
“Insya Allah Pak, jauh-jauh hari mohon diinformasikan, supaya waktunya pas dan tidak berbenturan dengan yang lain.”, sahutku.
“Baik Pak nanti kami informasikan. Terima kasih atas kesempatannya. Saya mohon permisi dulu. Assalamu’alaikum”.
“Wa’alaikum salam Pak, sama-sama saya juga terima kasih telah dikunjungi.” , jawabku sambil membukakan pintu keluar. Menutup pembicaraan kami siang itu.

Masih diberi Waktu


Tahun 2010 baru saja berlalu, baru saja kita memasuki tahun baru 2011. Ada sedikit waktu buat kita semua merenung dan membulatkan tekad, niat, menyongsong tahun baru. Sedikit merenung tahun baru, bermakna berkurangnya jatah umur yang diberikan oleh Allah buat kita. Sampai kapankah waktu yang tersisa buat kita, sampai kapankah kita masih diberi kesempatan untuk memanfaatkan anugerah kehidupan ini. Masih cukupkah waktu yang tersedia untuk memperbaiki kehidupan kita, menyongsong sebuah kepastian, kematian. Sesuatu yang seringkali kita abaikan, sesuatu yang jarang kita rencanakan, kita mau menjemput kematian dengan cara bagaimana, dan mengisi waktu menunggu kematian dengan melakukan apa. Kalau saja kelahiran manusia, masih ada program yang namanya keluarga berencana, apakah ada program kematian berencana.? Kematian berencana tidak ada, karena orang yang bunuh diri pun tidak yakin apakah cara yang dilakukan bisa menimbulkan kematian. Tak satupun makhluk diberi kuasa mengetahui tarikh tanggal kematian. Maka yang tersisa buat kita adalah merencanakan bagaimana mengisi masa penantian menunggu kematian dengan memperbaiki hidup, menghapus jejak-jejak dosa yang telah kita perbuat. Dengan cara apa, dengan cara membuat kenangan kehidupan kita, biarlah kenangan kebaikan yang senantiasa diingat oleh orang, bukannya keburukan yang telah kita lakukan. Siapakah kita, kita sebenarnya adalah identifikasi unik makhluk yang terlihat dan terkenang dari sikap, perilaku, tindak-tanduk, dan kebiasaan kita.
Masih teringat ketika kita menghantarkan kawan, saudara, atau sahabat ke kediaman terakhir. Terbayang perilaku kebaikan, ataukah kejahatan yang telah diperbuatnya, semua tercermin dari perilaku kehidupan yang telah diperankan selama menerima kehidupan di dunia. Apakah dikenali sebagai seorang peragu, yang senantiasa lama mengambil keputusan dan selalu bertumpu pada norma-norma absurd yang tidak bertumpu pada kebajikan, ataukah dikenali sebagai seorang tukang “gebuk” yang siap menggebuk siapa saja yang berbeda pendapat walau itu saudara sendiri saudara sebangsa, ataukah kita akan dikenal sebagai pengusaha Berjaya yang sukses yang dihormati di kalangan sendiri, namun kehadirannya tidak menimbulkan kemaslahatan, malah menimbulkan nestapa derita tiada tara dan dengan lihai bersembunyi dibalik kisah-kisah bencana alam. Amboi bencana alam pun bisa dimanipulasi untuk melepaskan masalah, menaikkan harga saham, dan menaikkan posisi tawar sebagai pemegang keputusan yang menentukan. Semua berpulang pada bagaimana kita mewarnai masa menunggu kita ini. Dan saya yakin, saya, anda , ataupun kita semua tidak ingin menjemput kematian dengan kenangan seperti itu. Biarlah kita dikenang sebagai manusia yang berjuang keras untuk membebaskan dari belenggu-belenggu kemiskinan dengan cara menghormati hak-hak orang lain. Biarlah kita hanya dikenang oleh keluarga terdekat saja, karena banyaknya orang yang mengenang tidak menghapuskan dosa kesalahan yang telah diperbuat namun perilaku perbuatan kita yang akan meringankan kehidupan selanjutnya. Darimana hartamu dan untuk apakah hartamu digunakan, begitu sulit menjelaskan. Di dunia kita boleh bersembunyi di sebalik undang-undang kebebasan informasi untuk tidak menjelaskan darimana “rekening gendut” yang telah di dapat. Atau kita bisa bersembunyi di sebalik traveler cek dan sakit pikun, lupa ingatan. Semoga itu akan meringankan, karena tiada hukuman bagi orang yang tiada akal atau lupa ingatan. Sampai kapan kalau kita coba mengelak dari kesalahan, sampai kapan waktu tersisa buat kita, dan tiada lagi kesempatan. Akankah kita menerima bila kita meninggalkan segala apa yang kita cintai dengan kenangan bahwa kita orang pikun, lupa ingatan, dan bersembunyi entah di bumi manalagi. Namun manusia sebagai makhluk berakal seringkali begitu tinggi egonya, untuk mengakui dan mempertanggungjawabkan kesalahan walau Masih di Beri Waktu.
Selamat tahun baru, kita tinggalkan kenangan tahun silam atas nasib saudara-saudara kita di Mentawai, di pelosok Merapi, di negeri Waisor, atau sekeliling Bromo. Bagaimana saudara-saudara kita menjemput kematian dengan perjuangan terhadap ujian alam, dengan sekuat tenaga, dari sedikit yang dia punya. Belum lagi airmata kering, belum lagi harga sapi terbakan terbayar, kita sudah diberi kenangan perebutan kekuasaan, apakah dengan penetapan atau dengan pemilihan langsung oleh rakyat. Semua berbantahan dengan logika intelektual masing-masing namun sulit untuk menutupi niat perebutan kekuasaan. Bagi kita semua apapun itu sebuah cara, yang terpenting adalah bagaimana mendapatkan pemimpin amanah yang bisa memberikan peluang untuk hidup dengan lebih baik. Bukan pemimpin yang memberikan selembar uang pada hari pemilihan dan akan menghisap sepanjang tahun dengan menghempaskan sumber kehidupan rakyat. Bukan dengan mengabaikan pasar yang terbakar terbiar, dan membagi peluang kepada segelintir orang dengan isyu tol tengah kota. Kalaulah kita tidak mampu member manfaat kepada sesama, janganlah paksa rakyat untuk membayar ongkos kampanye dengan memaksa mereka menyetujui usulan-usulan yang tiada diperlukan. Bukan rakyat yang memaksa Saudara mengeluarkan uang, namun nafsu untuk berkuasa yang begitu besar telah menghempaskan nurani dan membebani kehidupan itu sendiri. Begitu banyak mereka yang diberi amanah masuk ke penjara, namun begitu banyak yang ingin menyongsong mengikuti jejaknya, dengan menyorong istri, anak, saudara menggantikan dirinya mengemban tugas menyengsarakan diri dan masyarakatnya. Memanglah nafsu tiada batas, namun waktu dan umur ada batasnya. Masih di beri waktu, masih ada waktu yang tersedia di tahun 2011, adakah rencana untuk mengisi dengan memperbaiki diri dan melepaskan kepura-puraan.
Pernahkah kita membaca, sorot mata para buruh, sorot mata pengemis, sorot mata petani. Sejuta impian terhempas. Sepuluh tahun sudah berbenah dan selalunya jatuh dari partai tengkulak yang satu ke tengkulak yang lain. Ternyata persatuan tengkulak begitu kuatnya, dan untuk memperkuat pun mereka telah tergabung dalam sebuah Sekretariat. Sekretariat Gabungan para tengkulak, dengan ketua tengkulak yang paling top dalam berniaga, yang pandai mengira atau menghitung berapa harga manusia di Indonesia.
Masih ada waktu,
apakah tak hendak kita gunakan itu,
untuk menyongsong hidup di hari kemudian yang tiada menentu,
dan memberi kesempatan mereka untuk hidup lebih baik bersamamu.

(KL Note : Awal Januari 2011.)

Mendarat dengan Kepala



Namanya Suyono, asalnya dari Aryo Jeding Tulung Agung Jawa Timur, kurang lebih empat jam perjalanan dari Surabaya. Usianya sekitar 35 an tahun. Duduk sebangku dengannya di pesawat Air Asia dalam perjalanan Kuala Lumpur – Surabaya tak terasa walau telah 1 jam kami di angkasa.
“Mas di Malaysia sudah lama ?”, tanyanya membuka perbincangan dengan saya.
“Belum Pak saya baru tiga bulan”,
“Bekerja di mana ?”.
“Belajar Pak ”.
“Bapak sudah lama kerja di sini ?”
“Sudah mas, saya ada 7 tahun di Malaysia. ”
“Tapi tiap 3 bulan biasanya saya pulang, menjenguk keluarga di Tulung Agung.”
“Kerasan ya pak kerja di sini?”
“Kerasan mas kalau sudah nemu jalannya. Kalau tidak ketemu malah lama di lokap.” Lokap ini istilah untuk menyebut penjara, mungkin asal katanya dari lock atau dikunci.
“Saya dulu susah mas pertama datang kesini. Kalau orang lain datang kesini sebagai pelancong atau penonton balap mobil di Sepang, menginjak tanah Malaysia , turun dari pesawat dengan kakinya, saya turun dengan kepala. ”
“Lho kok bisa Pak, masak turun dengan kepala?”
“Ya mas, saya ke Malaysia bukan dengan pesawat. Setelah menjual tanah mbok saya di desa, saya berikan uang itu ke tekong. Kemudian bersamaan dengan calon-calon TKI yang lain naiklah bus ALS (Antar Lintas Sumatera) ke Sumatera dengan dipandu tekong tadi. “
“Sesampai di Tanjung Pinang malam-malam semuanya dinaikkan perahu . Banyak yang mabuk mas termasuk saya, karena tidak terbiasa naik perahu. Kemudian ketika Subuh menjelang kelihatan pucuk-pucuk pohon kelapa kami semua disuruh turun dengan mencebur ke air laut yang masih dingin-dinginnya. Tiada pilihan lain , begitulah cara kami mendarat dengan kepala lebih dahulu, kemudian berenang menuju pantai. Tak ada paspor, hanya KTP dan surat keterangan dari kelurahan yang ada pada kami semua, para pendatang. ”
“Di pantai sudah menunggu para calon majikan. Dalam keadaan kedinginan saya pasrah, siapa yang memilih saya, saya akan bekerja dengan sebaik-baiknya. Kemudian saya dipilih oleh salah satu majikan dan di bawa ke Perak. Di sana kerja di ladang kelapa sawit.”
“Tinggalnya di ladang, jauh dari kota. Hari-hari hanya melihat ladang dan kelapa sawit saja. Kami tak berani pergi keluar, karena pasti akan ditangkap polisi, dipenjara karena tiada permit atau ijin kerja. Kami pun juga tidak punya paspor , hanya di ladanglah kami berani tinggal.
Setiap minggu dibagi alaun, atau semacam uang makanlah, kalau gaji nanti setelah satu tahun kontrak habis baru boleh diambil. Biar terkumpul banyak kata majikan.”
“Untuk memenuhi kebutuhan setiap minggu ada rombongan pedagang yang datang dengan mengendarai colt diesel. Kalau di sini disebut pedagang kaki lima, tapi mereka menyebut pedagang pasar malam. Dari situlah kami beli beras, sayur, ikan asin, atau baju bundle, yaitu baju bekas pakai yang dijual 5 ringgit satu pasang. ”
“Lama Pak bekerja disitu ?”, sahutku.
“Setelah satu tahun lewat kami minta gaji, tetapi ternyata majikan menolaknya. Kalau memaksa majikan akan melaporkan kepada polisi. Posisi kami lemah mas, hanya pegang uang sisa-sisa alaun saja di tangan, dan majikan mengingkari perjanjian. ”
“Akhirnya dengan berat hati saya merelakannya, sedangkan beberapa teman yang lain masih bertahan bekerja di ladang itu. Akhirnya saya pergi ke Kuala Lumpur. Dengan nekad mas, karena tiada pilihan. Mau pulang tanah sudah dijual, dan sekarang di tangan hanya beberapa ratus ringgit.”
“Sesampai di KL saya hanya jalan kesana kemari tak tahu tujuannya. Hingga pada suatu hari saya mengamati ada seorang pedagang di kedai nasi yang ketika berbicara njawani. Kemudian saya beranikan diri untuk menyapa dan memintaijin bolehkah saya membantunya. Tak usah dibayar, di beri makan dan minum saja sudah cukup. Dari situ sambil membantu saya mengamati, apa yang bisa dilakukan untuk mendapatkan uang. Kemudian saya coba meminta ijin pemilik kedai apakah boleh jika saya menumpang di kedainya untuk berjualan susu kedelai dan es dawet. Karena hanya itulah saat itu yang saya bisa membuatnya. Alhamdulillah, karena mungkin kasihan melihat saya, pemilik kedai itu mengijinkan. Dari menumpang itu, jualan saya terus berkembang dan sekarang sudah ada 10 tempat.”
“Satu tempat biasanya habis berapa gelas pak?”, tanyaku kemudian.
“Macam-macam mas, ndak pasti, tetapi selalunya lebih dari 100 gelas.”
“Semuanya ditangani sendiri Pak ?”
“Endaklah mas mana saya mampu, ada beberapa orang yang membantu, kami sistemnya komisi, biasanya saya ambil 25 sen bersih untuk setiap gelasnya.”
Otakku langsung berpikir, kutahu biasanya minuman di KL di jual satu gelasnya 1 Ringgit. Kalau seratus gelas berarti dari satu kedai saja dapat sekitar 100, kalau 10 sehari adalah sekitar RM 1000. Dan 30 hari dapat RM 30.000. (RM 30.000 sekitar Rp 90 juta an). Kalau dia ambil 25 sen berarti 25 % yang masuk kantong. Sekitar Rp 22.5 juta per bulan.
Tak terasa pesawat kami telah mendarat dan kami berpisah di gerbang imigrasi Juanda. Dia di meja yang ada tulisannya TKI sedangkan saya ambil di jalur umum. .....
Catatan Perjalanan Pulang Akhir 2010 ......

** Ilustrasi gambar dikutip dari http://arsipberita.com/show/ui-sampaikan-penghargaan-untuk-tki-119857.html