Nilai sebuah Nasehat

Nilai sebuah Nasehat

Suatu jaman yang sudah sangat lalu, ada seorang bangsawan yang kaya raya di China, ketika akan meninggal memanggil kedua anak nya, dan memberi pesan: “Anak2 ku, seluruh hartaku akan kubagi dua dan kuberikan kepada kalian. “ Dan kedua anaknya yang sangat berbakti mendengarkan dengan seksama. “ Ada dua syarat yang harus kalian penuhi. “ Sang ayah menyambung dengan nafas yang terengah engah. “ Perta ma, pada setiap hari kerja, kalian tidak boleh terkena sinar matahari.” Dan kedua, setiap hari, kalian harus mamakan lima puluh ekor binatang. “ Kedua anaknya mengangguk angguk, ingin bertanya, tetapi tidak berani juga, apalagi sang ayah sudah dalam keadaan sangat kritis. Sang ayah pun meninggal setelah memberi petuah tersebut. Sang kakak pindah ke utara, dan sang adik pindah ke selatan, dan mereka tidak pernah betemu sampai pada suatu saat empat tahun kemudian ketika bersama sama menyambangi kuburan sang ayah. Sang kakak berkata: “ Dik, semua hartaku sudah habis sejak dua tahun lalu, karena petuah ayah. Setiap hari aku kemana mana ditandu, dan selalu ada empat orang yang harus siap menandu setiap saat. Akupun berpesta pora setiap hari untuk bisa menghabiskan lima puluh ekor binatang. Harta warisan pun telah habis sejak dua tahun lalu. Semua karena petuah ayah.” Sang adik menjawab: “ Kak, hartaku telah melipat dua kali, semua ini karena petuah ayah. Setiap hari aku pergi bekerja sebelum matahari terbit dan baru pulang setelah matahari terbenam. Dan setiap hari aku makan ikan teri.” ** Cerita lama yang sering saya pakai dalam seminar saya. Karena saya yakin setiap nasehat harus kita terima dan cermati dengan seksama, karena tidak semua hal adalah cocok untuk kita. Jangan mudah mengikuti teori2 bisnis, termasuk nasihat saya, timbanglah dengan cermat dan benar sebelum mengikuti nasehat siapa saja. Kadang kita harus paham benar maksudnya sebelum mengikuti petunjuk itu. Apalagi hal2 yang terlalu menggiurkan: Tanpa resiko menjadi kaya; Teori keuangan dengan kurva sakti bermain saham selalu untung; Beli properti tanpa resiko tanpa modal dan pasti profit besar; Obat mujarab profit tinggi, tinggal mencari 3 kaki sudah mendapat pasive income selamanya; Internet bisnis menghasilkan kekayaan tanpa perlu kerja keras; dan seterusnya. Semakin manis kelihatannya, semakin jauh dari kenyataan. Bisnis selalu sulit, selalu penuh resiko, selalu membutuhkan keringat, airmata, dan darah, sebelum kita bisa melihat keuntungan. Tidak pernah ada yang mudah dan enak dan tanpa resiko dan berpenghasilan besar. Berhati hatilah pada fatamorgana dan ilusi yang membuat itu seolah olah benar. Berteriak teriak saja “Suksess ... Suksessss” tidak akan membuat anda sukses. Bekerja tekun, belajar lagi, bekerja lagi, gagal lagi, bekerja lagi, jatuh lagi. Pelahan kita membangun sukses kita, kita bayar harga setiap kemajuan dan kita lunasi semua kewajiban kita. Satu langkah demi satu langkah, kita langkahi pelahan-lahan perjalanan sukses kita. *Tanadi Santoso, 15 Nov 2012. Silahkan copas atau share bila bisa berguna buat friends anda.

Dalam DOAKU



Oleh Sapardi Joko Damono

Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu


http://www.youtube.com/watch?v=p21YJE9QLx8&feature=related

Renungan Untuk Ayah dan Bunda



















Renungan Untuk Ayah dan Bunda
oleh : Zawawi Imran

Seorang lelaki datang kepada seorang ustadz, mengadukan persoalan keluarganya.

“Saya bosan di rumah sekarang.”
“Mengapa?”
“Tidak ada yang menarik.”
“Lalu engkau jarang di rumah?”
“Iya, tentu.”
“Anakmu berapa?”
“Dua. Satu laki-laki berumur lima tahun, satunya perempuan, tiga tahun.”
“Pernahkah engkau perhatikan anakmu ketika sedang makan?”
“Tidak.”
“Ketika sedang bermain-main?”
“Juga tidak.”
“Ketika sedang tidur saat tengah malam?”
“Tidak.”
“Coba lakukanlah itu.

Ketika engkau sedang memperhatikan, rasakanlah bahwa ia adalah anakmu, pelanjut denyut hidupmu, yang harus kau curahi cinta dan kasih sayang. Anak-anakmu itu adalah karunia Allah untuk menyenangkan hatimu
.

Ketika ia makan, perhatikanlah bagaimana ia mengunyah rezeki yang dikirim Allah lewat tanganmu yang bekerja.

Ketika ia tidur, perhatikanlah hidungnya yang mungkin mirip engkau, bibirnya yang mungkin mirip ibunya, dan perhatikanlah pula bagaimana desah nafasnya ketika menghirup dan menghembuskan udara.

Itu semua film indah yang disuguhkan Allah untukmu.
Kalau engkau membiasakan melakukan ini sambil mengingat Allah, engkau akan mendapatkan nikmat ruhani tiada tara.

Di antara orang-orang yang sangat malang, ialah orang yang tidak bisa menikmati keindahan yang dipancarkan Allah lewat gerak dan tingkah laku anak-anaknya sendiri

Belanja dengan KTP-MyKad



Seorang ibu tunggal, masuk ke gerai Supermarket Giant di daerah Amcorp Plaza Petaling. Kemudian dia memilih kebutuhan utamanya, beras, gula,kecap, dan aneka bumbu rempah-rempah. Lalu berjalan ke arah kasir dan membayar. Namun untuk membayar kali ini dia tidak mengeluarkan uang atau alat pembayaran yang lain semacam Kartu Kredit atau Debit Card. Dia keluarkan sebuah KTP yang disebut dengan MyKad dan kemudian ditempelkan ke sebuah alat Pembaca. Tet… tet, terkurangilah saldonya sesuai dengan nilai keseluruhan barang yang dibelinya.

Sudah sejak beberapa tahun ini, KTP di negeri jiran terbuat dari Smart Card, sejenis kartu yang di dalamnya ada Processornya tempat memproses dan menyimpan data. Selain data identitas penduduk di dalamnya juga tersedia sejumlah saldo uang yang dapat digunakan untuk membeli barang, membayar angkutan, ataupun jasa servis yang lain. Dalam satu bulan terakhir fungsi Smart Card ditambah, melalui program “My Kasih Love My Neighbourhood” yang dibuat oleh yayasan MyKasih, digunakan untuk menggalakkan program membantu sesama.

Dana dihimpun oleh yayasan social, kemudian dari dana yang dihimpun diberikan kepada kaum miskin yang membutuhkan. Pemberiannya dengan jalan penambahan saldo yang ada pada KTP nya. Dana ini bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Gerai-gerai utama supermarket seperti Giant dapat menerima alat pembayaran ini. Dengan memberikan bantuan bukan secara tunai memudahkan pihak Yayasan untuk mengevaluasi pola perilaku belanja yang dibantu, selain itu juga bisa dicegah pembelanjaan yang melebihi kebutuhan.

Tak ada lagi cerita mengenai antrian orang mengambil BLT (Bantuan Langsung Tunai), dan bahkan meninggal dunia. Karena sumbangan atau bantuan langsung di debetkan pada kartu identitasnya yang disebut dengan MyKad tadi.

Sumbangan ini berasal dari masyarakat, ataupun dana-dana CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan. Masyarakat bisa menyumbang atau berderma dengan mentransfer dana kepada yayasan, atu juga bisa melalui uang receh kembalian belanja. Sedangkan perusahaan bisa mendaftarkan diri untuk implementasi program CSR nya.
Sedangkan penerima sumbangan, mendapat bantuan selama setahun, saldo sebesar RM 40 atau sekitar Rp 120.000,- akan diisikan setiap dua minggu. Selain untuk belanja kebutuhan, program ini juga digunakan untuk dana sekolah. Mereka yang kekurangan dapat mengajukan beasiswa, dan otomatis saldo KTP nya akan meningkat sebesar biaya sekolah yang diperlukan.
Bagaimana dengan kita?

Sebenarnya kalau ada kemauan pasti bisa, karena infrastruktur sudah mendukung. Coba kita lihat jaringan Indomart dan AlfaMart sudah masuk ke pelosok kampung. Kalau kita perhatikan mereka biasanya ada alat pembaca Smart Card atau Kartu Pintar yang diterbitkan oleh Bank BCA dan Bank Mandiri. Bank BCA menamakannya dengan Kartu Flazz dan Bank Mandiri member nama Mandiri Cash. Namun penggunaannya belum begitu banyak, karena yang disasar adalah mereka yang dari golongan berada atau kaya. Walaupun untuk golongan ini sudah banyak sarana untuk membayar, mulai dari tunai, kartu kredit, ataupun kartu debit.

Keuntungan menggunakan Smart Card atau Kartu Pintar ini untuk bertransaksi adalah bisa mengevaluasi pembelanjaan. Mulai apa saja yang dibeli, kapan, dimana, dan berapa yang dikeluarkan semuanya dapat dicatat di catatan transaksi. Kalau ini dijalankan dengan kerjasama antara pemerintah daerah, yayasan social, bank, dan jaringan supermarket, maka tidak ada lagi cerita antrian BLT atau berita uang BLT habis dalam satu minggu, karena penerimanya menggunakan untuk membeli DVD Player bukannya untuk belanja kebutuhan utama.

Mungkin sudah saatnya cara bagaimana menyumbang dan mengatur alokasi hasil sumbangan di atur sedemikian rupa, sehingga manfaat yang besa akan diperoleh secara bersama-sama. Dengan pola monitoring dan pembinaan cara pembelanjaan akan membuat mereka yang membutuhkan (miskin) tidak tergantung selamanya kepada penyumbang.

Insya Allah dengan kesamaan niat, dan Ihtiar yang sungguh-sungguh dalam bulan April 2012 ini, prototype yang sama di Indonesia akan dikembangkan. Kerjasama antara lembaga Riset RIMA, Research Institute For Mobile Application, YDSF, Bank Mandiri, dan Bank BCA mengembangkan kartu member RIMA-Card. Kartu ini akan berfungsi menjadi IPT, yakni :
1. Identity, marupakan kartu identitas member dari mereka yang menjadi anggota Donatur lembaga infaq YDSF
2. Payment , menjadi media pembayaran sebagaimana uang di gerai-gerai yang menjadi merchan bank terkait dan juga lembaga - lembaga pendidikan yang bekerjasama dengan RIMA Institute.
3. Transaction, menjadi Save Transaction, Kartu akses untuk transaksi hemat, masuk ke dalam Seminar atau forum yang diselenggarakan RIMA, uji coba praktikum, Short Training, atau kuliah di kelas-kelas yang dosennya sudah menjadi Expert di RIMA.

Ke depan dengan dukungan dari Software Accounting Bee Accounting dan juga LMS Software Sekolah dari PT Inosoft, ini akan menjadi alat Smart Transaction yang diakomodasi di UKM-Koperasi, ataupun di sekolah-sekolah yang tertarik menggunakannya.

Setiap Riset Butuh Waktu
Setiap Implementasi Butuh Edukasi
Setiap Nilai yang ditanam Butuh Inovasi.


Fajar Baskoro
Street Researcher
University of Malaya Kuala Lumpur

John May- Every Business Needs an Angel














Dikutip dari : http://www.detikinet.com/read/2012/02/09/125556/1838252/398/berharap-lahirnya-mark-zuckerberg-made-in-indonesia?991101mainnews

"We are looking for creative, passionate, flexible entrepreneurs. Regardless of whether it is consumer, telecommunications, or Web 2.0, what we need are managers who are fast on their feet and who can deal with the complexity of the changing environment and who can adapt. If a big contract falls through or you can't get venture capital, you still have to save your company"

Jakarta - Facebook, pengguna internet mana yang tak kenal jejaring sosial ini. Berawal dari mimpi seorang mahasiswa bernama Mark Zuckerberg, Facebook kini menjelma menjadi situs pengeruk uang.

Facebook didirikan oleh Zuckerberg bersama teman-temannya sesama mahasiswa. Keanggotaan situs ini awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard, kemudian diperluas ke kampus lain hingga akhirnya kini sudah menyentuh angka 840 juta pengguna dan bernilai hampir USD 100 miliar.

Yang bisa ditarik di sini adalah, kejayaan Facebook tidaklah dibangun dalam satu malam. Namun dari sederet perjuangan, dimana titik awalnya bernama mimpi dan ide. Nah, inilah modal awal yang biasanya sudah dipegang para penggagas startup.

Mimpi dan ide kreatif seringkali sudah ada di benak mereka dari jauh-jauh hari. Namun langkah untuk maju kerap terhadang dari minimnya modal dan perencanaan bisnis yang matang.

John May, seorang penggiat angel investor yang juga managing partner dari New Vantage Group, menyatakan bahwa di sejumlah negara berkembang -- termasuk Indonesia -- para startup memiliki peluang besar untuk berkembang.

Tinggal bagaimana mereka menjabarkan ide-ide tersebut dalam bentuk nyata, disertai dengan modal yang cukup dan strategi bisnis yang mumpuni.

"Saya bisa bilang negara yang potensial untuk startup ini adalah Mesir dan Indonesia," tukasnya dalam wawancara dengan beberapa media di @America, Pasific Place, Jakarta.

Adapun sektor yang memiliki potensi lebih besar, lanjut May, adalah terkait industri mobile, media, telekomunikasi, hal-hal yang berkenaan dengan isu sosial, serta masalah kesehatan.

"Sebuah layanan dari startup yang dapat memberi solusi untuk menyelesaikan masalah itulah yang memiliki peluang besar," tukasnya.

Berburu Startup

Jika para penggiat startup merasa kesulitan untuk mencari modal, di sisi lain, para pemilik dana sejatinya juga tengah mencari sembari melihat potensi startup untuk dikucurkan modal. Salah satu yang tengah dikampanyekan Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) adalah angel investor.

Shinta Widjaja Kamdani, Vice Chair GEPI menjelaskan bahwa angel investor tidak seperti model investasi lain yang cuma mengucurkan dananya untuk dipergunakan oleh sebuah perusahaan yang ia pilih.

"Namun dalam skema angel investor itu, para investor ini juga bisa ikut berperan mengembang bisnisnya. Mulai dari merancang hingga mengelolanya. Jadi tidak cuma memberikan modal tanpa tahu apa yang dijalankan si penerima dana, tetapi tapi juga memberi arahan," jelasnya di tempat yang sama.

Pun demikian, perintis startup jangan lantas khawatir jika model investasi ini malah akan menyingkirkan mereka dari perusahaan yang digagasnya. "Untuk itu GEPI ada di sini untuk mengontrolnya. Adapun terkait kesepakatan kerja samanya, itu terserah mereka (investor dan startup-red.)," lanjut Shinta, yang juga menjadi Managing Director Shontesa Group itu.

GEPI sendiri berisi dari para pengusaha kelas kakap. Mulai dari Ciputra (Ciputra Group), Jakob Oetama (Kompas Gramedia), Chirs Kanter (Sigma Sembada), TP Rahmat (Tri Putra Group), Erwin Aksa (Bosowa), hingga Rachmat Gobel (Panasonic)

"Para investor tentu saja kini tengah mencari startup untuk mengalirkan modalnya. Jika Anda (startup-red.) tidak ada, maka sehari-hari kami hanya bermain golf," imbuh May.

Siapa yang Mau Menjadi Mark Zuckerberg?

Skema pendanaan angel investor tersebut kini tengah coba diperkenalkan GEPI kepada para pengusaha Indonesia. Dimana John May, yang merupakan pakar angle investor, diminta untuk sharing terkait hal ini.

Dalam acara yang digelar di @America, Pasific Place tersebut, John menjabarkan tentang perihal angel investor di hadapan lebih dari seratus audiens yang juga terhubung dengan Medan dan Surabaya.

Mereka terlihat begitu antusias. Terlebih ketika di awal acara, perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat meneriakkan kalimat penyemangat kepada para audiens.

"Siapa yang mau menjadi Mark Zuckerberg? Siapa yang mau menjadi Steve Jobs? Apple dan Hewlett-Packard dirintis dari sebuah garasi, dan kini sudah menjadi perusahaan raksasa. Siapa tahu hal itu bisa Anda lakukan juga," pungkasnya.

Teknopreneur dari Trenggalek


Dikutip dari Arsip Majalah Tempo...

PEMUDA itu tampak agak lusuh. Hem biru dan celana panjang bermotif kotak-kotak cokelat yang usang melekat di tubuh kurusnya. Keringat membasahi tubuh lelaki lugu itu. Dengan penampilan bersahaja itu, siapa nyana bila pemuda itu tak lain Gunaris, 24 tahun, penemu telepon umum pintar yang mulai kesohor.

Kini Gunaris menjadi buah bibir di kampusnya. Mahasiswa semester II Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ini menjadi sosok yang sarat dengan prestasi. Bayangkan, dalam usia muda, lulusan Politeknik ITS itu telah menemukan 14 macam teknologi tepat guna. Untuk ukuran mahasiswa di Indonesia, tentu prestasinya terbilang luar biasa. Ditilik dari karyanya, Gunaris memang kreatif. Teknologi ciptaannya variatif dan cemerlang, mulai dari mesin otomatis penjual kue, perahu nelayan bertenaga matahari, hingga robot pemindah barang. Namun, nama Gunaris mulai menasional sejak menemukan telepon umum pintar yang bisa menerima uang kertas Rp 500. Berkat karya tersebut, pada April 2001, ia menjadi salah satu pemenang dalam lomba Perancangan Aplikasi Mikrokontroler yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Elektro Institut Teknologi Bandung dan PT Motorola Indonesia.

Tak dipungkiri, keberhasilan itu pun merembet pada kegiatan sehari-hari Gunaris. Mahasiswa asal Trenggalek, Jawa Timur, itu sekarang sibuk melayani banyak wartawan. Namanya muncul di beberapa media nasional. Toh, Gunaris masih seperti yang dulu, pemuda berwajah lugu, rambut agak gondrong, dan berlogat Jawa kental. Ia tetaplah mahasiswa pemalu yang rendah hati. "Orang yang dibesarkan dengan kesulitan tak akan menjadi sombong saat meraih sukses," demikian Gunaris melontarkan ungkapan. Di mata teman-teman kuliahnya, Gunaris pun dianggap sebagai pribadi yang menyenangkan. Tak ada perubahan sikap yang mencolok gara-gara keberhasilannya. Seorang teman kuliahnya, Andik Eko, misalnya, menganggap Gunaris adalah teman yang ringan tangan. "Banyak tugas akhir mahasiswa yang dibantu Gunaris," tutur Andik, mahasiswa semester VI Politeknik ITS. Sebenarnya, telepon umum pintar ciptaan Gunaris berawal dari ide sederhana. Sebagai seorang pengguna telepon umum yang disediakan PT Telkom, Gunaris merasa perangkat pesawat telepon umum yang ada tak lagi memadai. Soalnya, tak ada perangkat di telepon umum yang bisa menerima uang kertas. Hingga kini, PT Telkom baru menyediakan telepon umum koin,
Pengusaha Indonesia Mayoritas Belum Melek Teknologi Informasi

Pengusaha Indonesia Mayoritas Belum Melek Teknologi Informasi

Dikutip dari detik.com

Pengusaha di Indonesia secara mayoritas dinilai belum melek teknologi. Sehingga pengusaha tersebut masih hanya mengandalkan jalur konvensional alias tidak menjadikan internet sebagai bagian dari bisnis mereka.

Menteri Perindustrian MS Hidayat menyebutkan internet belum dianggap sebagai sesuatu yang penting bagi mayoritas pengusaha di tanah air. Sehingga baru ada 75.000 pengusaha dari total 17 juta pengusaha yang baru memakai media online atau internet sebagai salah satu media pemasaran usahanya.

"Jumlah pengusaha yang memakai media online sebagai salah satu media pemasarannya tersebut masih sangat kecil atau baru hanya 0,4 persen dari total pengusaha di tanah air. Kami ingin meningkatkan jumlah pebisnis online tersebut. Harapannya bisa dua kali lipat di tahun depan," kata Hidayat di acara Bisnis Lokal Go Online di Jakarta, Rabu (11/1/2012).

Dalam sebuah survei yang dikutip MS Hidayat tentang pentingnya internet bagi UKM disebutkan bahwa sekitar 82,2 persen UKM di Indonesia belum membutuhkan teknologi informasi, sekitar 41,1 persen kurang mendapat dukungan keuangan dan sekitar 4,1 persen tidak memiliki akses informasi teknologi.

Hidayat menganggap bahwa mayoritas pengusaha Indonesia memang belum mengetahui edukasi tentang pentingnya pemasaran bisnis melalui media online. Padahal jika didukung dengan teknologi maka dapat lebih mengakselerasi pertumbuhan UKM di Indonesia. Layanan inventarisasi, pembayaran, perlindungan konsumen, pelayanan konsumen dan tim profesional akan lebih terintegrasi.

"Sehingga kami bekerjasama dengan Google dan beberapa kementerian terkait untuk lebih meningkatkan jumlah pengusaha online di tanah air," tambahnya.

Apalagi penyebaran pengusaha di tanah air cenderung belum merata. Hingga saat ini, jumlah pengusaha lokal masih terkonsentrasi sekitar 70 persen di Pulau Jawa, sisanya di luar Pulau Jawa.

"Di tahun 2014, kami ingin pengusaha bisa 60 persen di Jawa dan 40 persen di luar Jawa," katanya.