John May- Every Business Needs an Angel














Dikutip dari : http://www.detikinet.com/read/2012/02/09/125556/1838252/398/berharap-lahirnya-mark-zuckerberg-made-in-indonesia?991101mainnews

"We are looking for creative, passionate, flexible entrepreneurs. Regardless of whether it is consumer, telecommunications, or Web 2.0, what we need are managers who are fast on their feet and who can deal with the complexity of the changing environment and who can adapt. If a big contract falls through or you can't get venture capital, you still have to save your company"

Jakarta - Facebook, pengguna internet mana yang tak kenal jejaring sosial ini. Berawal dari mimpi seorang mahasiswa bernama Mark Zuckerberg, Facebook kini menjelma menjadi situs pengeruk uang.

Facebook didirikan oleh Zuckerberg bersama teman-temannya sesama mahasiswa. Keanggotaan situs ini awalnya terbatas untuk mahasiswa Harvard, kemudian diperluas ke kampus lain hingga akhirnya kini sudah menyentuh angka 840 juta pengguna dan bernilai hampir USD 100 miliar.

Yang bisa ditarik di sini adalah, kejayaan Facebook tidaklah dibangun dalam satu malam. Namun dari sederet perjuangan, dimana titik awalnya bernama mimpi dan ide. Nah, inilah modal awal yang biasanya sudah dipegang para penggagas startup.

Mimpi dan ide kreatif seringkali sudah ada di benak mereka dari jauh-jauh hari. Namun langkah untuk maju kerap terhadang dari minimnya modal dan perencanaan bisnis yang matang.

John May, seorang penggiat angel investor yang juga managing partner dari New Vantage Group, menyatakan bahwa di sejumlah negara berkembang -- termasuk Indonesia -- para startup memiliki peluang besar untuk berkembang.

Tinggal bagaimana mereka menjabarkan ide-ide tersebut dalam bentuk nyata, disertai dengan modal yang cukup dan strategi bisnis yang mumpuni.

"Saya bisa bilang negara yang potensial untuk startup ini adalah Mesir dan Indonesia," tukasnya dalam wawancara dengan beberapa media di @America, Pasific Place, Jakarta.

Adapun sektor yang memiliki potensi lebih besar, lanjut May, adalah terkait industri mobile, media, telekomunikasi, hal-hal yang berkenaan dengan isu sosial, serta masalah kesehatan.

"Sebuah layanan dari startup yang dapat memberi solusi untuk menyelesaikan masalah itulah yang memiliki peluang besar," tukasnya.

Berburu Startup

Jika para penggiat startup merasa kesulitan untuk mencari modal, di sisi lain, para pemilik dana sejatinya juga tengah mencari sembari melihat potensi startup untuk dikucurkan modal. Salah satu yang tengah dikampanyekan Global Entrepreneurship Program Indonesia (GEPI) adalah angel investor.

Shinta Widjaja Kamdani, Vice Chair GEPI menjelaskan bahwa angel investor tidak seperti model investasi lain yang cuma mengucurkan dananya untuk dipergunakan oleh sebuah perusahaan yang ia pilih.

"Namun dalam skema angel investor itu, para investor ini juga bisa ikut berperan mengembang bisnisnya. Mulai dari merancang hingga mengelolanya. Jadi tidak cuma memberikan modal tanpa tahu apa yang dijalankan si penerima dana, tetapi tapi juga memberi arahan," jelasnya di tempat yang sama.

Pun demikian, perintis startup jangan lantas khawatir jika model investasi ini malah akan menyingkirkan mereka dari perusahaan yang digagasnya. "Untuk itu GEPI ada di sini untuk mengontrolnya. Adapun terkait kesepakatan kerja samanya, itu terserah mereka (investor dan startup-red.)," lanjut Shinta, yang juga menjadi Managing Director Shontesa Group itu.

GEPI sendiri berisi dari para pengusaha kelas kakap. Mulai dari Ciputra (Ciputra Group), Jakob Oetama (Kompas Gramedia), Chirs Kanter (Sigma Sembada), TP Rahmat (Tri Putra Group), Erwin Aksa (Bosowa), hingga Rachmat Gobel (Panasonic)

"Para investor tentu saja kini tengah mencari startup untuk mengalirkan modalnya. Jika Anda (startup-red.) tidak ada, maka sehari-hari kami hanya bermain golf," imbuh May.

Siapa yang Mau Menjadi Mark Zuckerberg?

Skema pendanaan angel investor tersebut kini tengah coba diperkenalkan GEPI kepada para pengusaha Indonesia. Dimana John May, yang merupakan pakar angle investor, diminta untuk sharing terkait hal ini.

Dalam acara yang digelar di @America, Pasific Place tersebut, John menjabarkan tentang perihal angel investor di hadapan lebih dari seratus audiens yang juga terhubung dengan Medan dan Surabaya.

Mereka terlihat begitu antusias. Terlebih ketika di awal acara, perwakilan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat meneriakkan kalimat penyemangat kepada para audiens.

"Siapa yang mau menjadi Mark Zuckerberg? Siapa yang mau menjadi Steve Jobs? Apple dan Hewlett-Packard dirintis dari sebuah garasi, dan kini sudah menjadi perusahaan raksasa. Siapa tahu hal itu bisa Anda lakukan juga," pungkasnya.

Teknopreneur dari Trenggalek


Dikutip dari Arsip Majalah Tempo...

PEMUDA itu tampak agak lusuh. Hem biru dan celana panjang bermotif kotak-kotak cokelat yang usang melekat di tubuh kurusnya. Keringat membasahi tubuh lelaki lugu itu. Dengan penampilan bersahaja itu, siapa nyana bila pemuda itu tak lain Gunaris, 24 tahun, penemu telepon umum pintar yang mulai kesohor.

Kini Gunaris menjadi buah bibir di kampusnya. Mahasiswa semester II Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ini menjadi sosok yang sarat dengan prestasi. Bayangkan, dalam usia muda, lulusan Politeknik ITS itu telah menemukan 14 macam teknologi tepat guna. Untuk ukuran mahasiswa di Indonesia, tentu prestasinya terbilang luar biasa. Ditilik dari karyanya, Gunaris memang kreatif. Teknologi ciptaannya variatif dan cemerlang, mulai dari mesin otomatis penjual kue, perahu nelayan bertenaga matahari, hingga robot pemindah barang. Namun, nama Gunaris mulai menasional sejak menemukan telepon umum pintar yang bisa menerima uang kertas Rp 500. Berkat karya tersebut, pada April 2001, ia menjadi salah satu pemenang dalam lomba Perancangan Aplikasi Mikrokontroler yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Elektro Institut Teknologi Bandung dan PT Motorola Indonesia.

Tak dipungkiri, keberhasilan itu pun merembet pada kegiatan sehari-hari Gunaris. Mahasiswa asal Trenggalek, Jawa Timur, itu sekarang sibuk melayani banyak wartawan. Namanya muncul di beberapa media nasional. Toh, Gunaris masih seperti yang dulu, pemuda berwajah lugu, rambut agak gondrong, dan berlogat Jawa kental. Ia tetaplah mahasiswa pemalu yang rendah hati. "Orang yang dibesarkan dengan kesulitan tak akan menjadi sombong saat meraih sukses," demikian Gunaris melontarkan ungkapan. Di mata teman-teman kuliahnya, Gunaris pun dianggap sebagai pribadi yang menyenangkan. Tak ada perubahan sikap yang mencolok gara-gara keberhasilannya. Seorang teman kuliahnya, Andik Eko, misalnya, menganggap Gunaris adalah teman yang ringan tangan. "Banyak tugas akhir mahasiswa yang dibantu Gunaris," tutur Andik, mahasiswa semester VI Politeknik ITS. Sebenarnya, telepon umum pintar ciptaan Gunaris berawal dari ide sederhana. Sebagai seorang pengguna telepon umum yang disediakan PT Telkom, Gunaris merasa perangkat pesawat telepon umum yang ada tak lagi memadai. Soalnya, tak ada perangkat di telepon umum yang bisa menerima uang kertas. Hingga kini, PT Telkom baru menyediakan telepon umum koin,