Pokemon dan Layang-layang

Deman game Pokemon Go membuat banyak pihak gerah. Sebab, para pemburu Pokemon tidak mengenal tempat dan waktu. Bergerak, berlari ke setiap sudut kota untuk menangkap Pokemon.

Game Pokemon atau pencarian Pocket Monster dibuat dan dipublikasikan oleh perusahaan Game Nintendo dan Niantic. Sebuah perusahaan game lama yang dulu melahirkan game-game Mario Bross, Duck Hunting pada tahun 1990 an.

Di game Pokemon ini pemain menggunakan handphonenya dituntut untuk menjelajahi dunia nyata untuk mencari monster-monster kecil yang lucu yang dinamakan Pokemon yang berkeliaran dilingkunagan sekitarmu. Pemain boleh berjalan ke penjuru lokasi untuk menangkap pokemon-pokemon ini.

Game ini menjadi menarik karena dibuat berdasarkan teknologi augmented reality, menggabungkan gambar nyata alam sekitar sebagai background dengan animasi gambar bergerak sebagai tokoh permainan game. Fitur game terhubung dengan sistem GPS yang menunjukkan lokasi koordinat bumi berdasarkan satelit dan kamera smartphone yang menangkap background game. Dengan sistem GPS, pemain Pokemon bisa menemukan tempat tempat Pokemon berada dan juga alat penangkapnya yang disebut PokeStop.

Sebagaimana game-game lain, game Pokemon juga mempunyai sisi positif dan juga sisi negatif, tergantung anak atau orang yang memainkannya. Jika game pokemon dimainkan oleh orang yang tepat dengan persepsi mindset positif maka game ini bisa menjadi bagian dari pembelajaran.

Permainan ini di satu sisi memberi kesempatan anak untuk bermain dan bergerak di lingkungan sekitar. Tapi di sisi lain, jika pergerakannya tidak terkontrol, misal di jalan raya, maka bisa membahayakan pemainnya. Terlalu fokus ke layar lupa bahwa di sekitarnya ada lalu lintas berlalu lalang.

Permainan menangkap Pokemon dalam Pokemon Go sebenarnya bisa diibaratkan kebiasaan para orang tua pada jaman kanak-kanak dahulu bermain layang-layang pada jamannya. Setiap bermain layang-layang menuju sawah dan tanah lapang. Kemudian antar pemain beradu kekuatan senar tali layang-layang, yang kalah layang-layangnya putus. Begitu layang-layang putus anak-anak bergerak berlari mengejar dan menangkap layang-layang putus tersebut. Dalam larinya mengejar layang-layang putus seringkali lupa ada sepeda motor, ada lubang, ataupun kendaraan lain dan akhirnya tertabrak.

Kejadian kecelakaan atau tabrakannya itulah yang perlu dicegah, bukan dengan memberantas layang-layangnya. Begitu juga dengan game Pokemon, bukan dengan melarang bermain yang mestinya dilakukan, tetapi memberikan petunjuk dan cara bermain yang tepat lebih bermanfaat daripada sekedar melarang.


Permainan game Pokemon ini sebenarnya bisa dipakai untuk alat pembelajaran dan interaksi sosial. Dengan cara  menempatkan Pokemon dan PokeStop pada tempat-temapat yang bernilai pembelajaran, seperti museum, monumen, tanah lapang, galeri, atautempat wisata mendidik.

Jadi jangan takut dengan Pokemon Go.. Bermainlah game dengan berpikir positif, game itu dimainkan bukan kita yang dimainkan oleh isu game.

Fajar Baskoro
Dosen Teknik Informatika ITS
Rumah virtual: www.fajarbaskoro.blogspot.com
Email : fajarbaskoro@gmail.com
HP     : 087858561237

UAS Pikti ITS-Multimedia Pendukung Game Pokemon Go

Pokemon Go adalah game augmented reality (realitas tertambah) di ponsel pintar. Game ini menggunakan GPS untuk menggabungkan Pokemon dengan background lokasi pemain. Dalam game ini pemain bermain dengan berjalan-jalan di dunia nyata menangkap monster virtual yang menggemaskan seperti Pikachu dan Jigglypuff di tempat-tempat dekat lokasi ponsel Anda dan melatih mereka untuk bertanding.

Untuk membantu pembuatan game, buatlah aset game untuk Pokemon Go seperti gambar di bawah ini.



Ketentuan

1. Untuk mempercepat waktu pengerjaan, boleh memodifikasi asset yang telah dibuat di kelas.
2. Boleh membuka komputer dan internet sebagai bahan referensi mencari aset yang berhubungan dengan Pokemon Go. Namun harus dibuat sendiri bukan sekedar copy-paste.